Nasional
Ada Tahun Ajaran Baru & Lebaran, Harga BBM Harus Naik Sebelum Juni
Jakarta - Pemerintah harus menaikkan harga BBM bersubsidi sebelum Juni 2013. Alasannya, tingkat konsumsi masyarakat pada Juni hingga Juli cukup tinggi karena ada tahun ajaran baru, Puasa dan Lebaran yang akan memicu inflasi tinggi.
"Jadi saya berharap secepat mungkin. Menjadi perhatian kita, bulan Juni dan Juli ada dua siklus konsumsi yang biasanya mendorong inflasi. Yang pertama adalah belanja anak sekolah, ini sering sekali ada denyut nadinya di inflasi dan ini bareng dengan Ramadhan sehingga tekanan inflasinya harus kita perhatikan," kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi di Balai Kartini Jakarta, Selasa (30/4/2013).
Ia berharap agar program kompensasi kenaikan harga BBM segera dibicarakan dengan kalangan DPR. Cara ini harus cepat dilakukan agar masyarakat berpenghasilan rendah tak terkena dampak signifikan akibat kenaikan harga BBM subsidi.
"Jadi kompensasi harus ditujukan untuk masyarakat rendah terutama untuk dua periode itu. Ini harus mendapatkan perhatian sehingga daya beli tidak berkurang," katanya.
"Harus segera diputuskan daripada uangnya habis dibakar untuk BBM yang dipakai oleh orang kaya. Kalau tidak dinaikkan maka akan terjadi demand yang meningkat makanya kita harus lakukan penyesuaian harga," tambahnya.
Ia menegaskan pihaknya menginginkan agar BBM disalurkan kepada yang berhak untuk mendapatkan subsidi itu. Oleh karena itu penyesuaian harga BBM harus cepat dilakukan agar penambahan subsidi BBM tidak terlalu berlebihan.
"Maka sebagian dari subsidi itu dialokasikan untuk yang lain seperti bagi masyarakat sangat membutuhkan. Patokannya, untuk program kompensasi masyarakat itu butuh persetujuan DPR," jelasnya.
Mengenai adanya wacana harga BBM subsidi akan naik maksimal menjadi Rp 6.500/liter. Bagaimana dampak jika harga BBM subsidi dinaikkan sebesar itu?
"Saya kira dari pertama arahan satu harga pak Jero (Menteri ESDM Jero Wacik) juga kenaikan harga tidak sampai menjadi Rp 6.500/liter kalau untuk inflasi perhitungan kita antara 2% sampai 2,5% on top kalau tidak melakukan apa-apa. Ini masih sangat terkendali," ujar Bayu.
Selain itu kenaikan BBM nantinya juga bakal tergantung dari kompensasi yang disetujui DPR. Sehingga inflasi yang didapat lebih mudah ditekan dengan adanya alokasi kompensasi itu.
"Jadi itu yang kita cermati tetapi dengan adanya bantuan sosial yang diberikan pada siklus konsumsi tinggi ini mudah-mudahan masyarakat miskin tidak terbebani secara signifikan," kata Bayu.
(wij/hen)
"Jadi saya berharap secepat mungkin. Menjadi perhatian kita, bulan Juni dan Juli ada dua siklus konsumsi yang biasanya mendorong inflasi. Yang pertama adalah belanja anak sekolah, ini sering sekali ada denyut nadinya di inflasi dan ini bareng dengan Ramadhan sehingga tekanan inflasinya harus kita perhatikan," kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi di Balai Kartini Jakarta, Selasa (30/4/2013).
Ia berharap agar program kompensasi kenaikan harga BBM segera dibicarakan dengan kalangan DPR. Cara ini harus cepat dilakukan agar masyarakat berpenghasilan rendah tak terkena dampak signifikan akibat kenaikan harga BBM subsidi.
"Jadi kompensasi harus ditujukan untuk masyarakat rendah terutama untuk dua periode itu. Ini harus mendapatkan perhatian sehingga daya beli tidak berkurang," katanya.
"Harus segera diputuskan daripada uangnya habis dibakar untuk BBM yang dipakai oleh orang kaya. Kalau tidak dinaikkan maka akan terjadi demand yang meningkat makanya kita harus lakukan penyesuaian harga," tambahnya.
Ia menegaskan pihaknya menginginkan agar BBM disalurkan kepada yang berhak untuk mendapatkan subsidi itu. Oleh karena itu penyesuaian harga BBM harus cepat dilakukan agar penambahan subsidi BBM tidak terlalu berlebihan.
"Maka sebagian dari subsidi itu dialokasikan untuk yang lain seperti bagi masyarakat sangat membutuhkan. Patokannya, untuk program kompensasi masyarakat itu butuh persetujuan DPR," jelasnya.
Mengenai adanya wacana harga BBM subsidi akan naik maksimal menjadi Rp 6.500/liter. Bagaimana dampak jika harga BBM subsidi dinaikkan sebesar itu?
"Saya kira dari pertama arahan satu harga pak Jero (Menteri ESDM Jero Wacik) juga kenaikan harga tidak sampai menjadi Rp 6.500/liter kalau untuk inflasi perhitungan kita antara 2% sampai 2,5% on top kalau tidak melakukan apa-apa. Ini masih sangat terkendali," ujar Bayu.
Selain itu kenaikan BBM nantinya juga bakal tergantung dari kompensasi yang disetujui DPR. Sehingga inflasi yang didapat lebih mudah ditekan dengan adanya alokasi kompensasi itu.
"Jadi itu yang kita cermati tetapi dengan adanya bantuan sosial yang diberikan pada siklus konsumsi tinggi ini mudah-mudahan masyarakat miskin tidak terbebani secara signifikan," kata Bayu.
(wij/hen)
sumber :www.detik.com