17 Sekolah Resmi Gunakan Modul DAKU
Dengan dilaunchingnya Modul Digital Kesehatan Reproduksi (Kespro) dan seksualitas Oleh Wakil Bupati Kabupaten Merauke Sunarjo, S.Sos dan Country Reprensentative Rutgers World Population Foundation (WPF) Sri Kusyuniati<Ph.D, belum lama ini di SMA Johanes 23 Merauke maka Modul Dunia Remajaku Seru (DAKU) Papua secara resmi digunakan oleh 17 SMA maupun SMK seKota Merauke.
ModulDAKU merupakan kurikulum berbasis komputerisasi yang mengkombinasikan pengembangan IT dan ekspresi kreatif dengan pendidikan kesehatan dan seksual. Kurikulum ini mengacu pada kombinasi dari tiga prinsip pendekatan yaitu perkembangan remaja, perubahan perilaku dan pendekatan yang berdasarkan Hak Asasi Manusia (HAM). Program ini sendiri bertujuan untuk memberdayakan kaum muda tidak saja melalui pengajaran informasi-informasi penting namun juga melalui upaya memfasilitasi perkembanfgan sikap yang pantas, pembimbingan peserta menuju perilaku yang sehat dan bertanggung jawab.
Selain itu program ini juga dibuat untuk mempromosikan keterampilan hidup yang berharga seperti keterampilan komunikasi negoisasi dan sikap asertif. Country Representative Rutgers WPF Sri Kusyuniati,Ph.d dalam sambutannya mengugkapkan, program adaptasi Modul DAKU Papua di Meraukesudah dimulai sejak Tahun 2009 dengan melibatkan berbagai pihak, terutama para guru dan siswa.Modul tersebut telah diuji coba di 6 Sekolah Menengah Atas maupun Kejuruan selama 6 bulan. Adapun keenam sekolah itu adalah SMA Yos Sudars, SMA Jhon 23, SMK St.Antonius, KPG Khas Papua Merauke, SMA N 3 Merauke dan SMK YPK. Setelah uji coba,kini sudah ad 11 sekolah baru seKabupaten Merauke yang menyatakan dukungan dan komitmennya untuk mengimplementasikan Modul DAKU Papua dalam kurikulum muatan lokal.
Selain itu telah dilatih 36 orang guru dari 17 sekolah yang akan menerapkan Modul DAKU ini untuk menjadi fasilitator DAKU Papua, 10 oramg diantaranya telah menjadi master trainer. Sementara itu Wakil Bupati Merauke Sunarjo,S.Sos berharap modul yang sudah resmi dimasukan ke dalam kurikulum ini hendaknya dimanfaatkan dengan sebaik mungkin terutama oleh para siswa. “Jangan sampai modul ini tidak diresapi dengan baik,hanya masuk telinga kanan dan keluar ditelinga kiri. Karena semuanya akan percuma sia-sia,”ujarnya. Selama ini banyak yang menganggap bahwa berbicara mengenai masalah seksualitas merupakan hal yang taru,namun dari ketabuan ini banyak yang melanggarnya.
Untuk itu, modul ini hadir bukan untuk mengajar tentang pornografi namun untuk memberikan pelajaran dan pemahaman akan para pelajar mengenai bagemana cara berperilaku dan bersikap yang benar agar tidak terjerumus ke hal-hal yang negatif yang dapat merusak diri sendiri. Menurutnya untuk bisa mengubah perilaku seseorang untuk menjadi lebih baik harus dimulai dari pribadi orangitu sendiri. Sehingga dengan begitu ia bisa dengan mudah mengajak kepada orang-orang disekitarnya untuk berperilaku yang benar dan selalu menghindar dari godaan-godaan teman yang membawa kepada hal-hal yang merugikan diri sendiri.
Remaja merupakan generasi penerus dan harapan bangsa, jika remaja sudah banyak yang rusak tentu akan berpengaruh terhadap nasib bangsa ini kelakj. Untuk itu dalam kesempatan tersebut, ia mewakili Pemda Kabupaten Merauke mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung dan memprakarsai Modul DAKU Papua ini.(ani/sumber: arafuranews)