Wujudkan Masyarakat Sehat, Tidak diintervensi Layanan Kesehatan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke dr.Stevanus E. Osok, M.Kes mengatakan untuk mewujudkan masyarakat yang sehat bukan hanya diintervensi dari pelyanan kesehatan. Namun ad variable-variabel lainnya , dalam hal ini terkait prilaku masyarakat dan lingkungan. Untuk diketahui perlu melakukan upaya bagaimana agar sumber daya rumah sakit dapat ditingkatkan dengan suatu proses yang tertuang dalam program sehingga upaya pelayanan ini akan maksimal. Untuk pelayanan yang diberikan kepada masyrakat terkait system pelayanan kesehatan bukan hanya di rimah sakit saja namun juga pada Puskesmas dan Pustu yang berada di kampung-kampung.
Untuk peningkatan pelayanan diharapkan dapat mengakses semuanya sehingga dibuatlah sebuah program dengan membangun atau pengembangan rumah sakit dari tipe C ke tipe B agar masyarakat betul-betul dapat terakses guna menuju masyrakat sehat.
“Terkait pembangunan rumah sakit harus ditinjau juga dari luas wilayah dimana untuk saat ini luas daerah ini sekitar 45,071
Kilometer persegi terdiri dari 8 kelurahan ,20 distrik dan 160 kampung.”ujarnya saat mempresentasikan tentang program pembangunan runah sakit tipe B di operation Room Kantor Bupati belum lama ini.
Sedangkan untuk jumlah penduduk berdasarkan data statistik Tahun 2010 berjumlah sekitar 195,577 jiwa dengan jumlah penduduk miskin 131,992 jiwa dan kepadatan penduduk untuk distrik Merauke 14,35% . Untuk diketahui rumah sakit yang yang direncanakan dibangun denagn tipe B ini bukan hanya mengkover pasien dari Distrik Merauke saja akan tetapi akan menerima rujukan dari kabupaten pemekaran serta rumah sakit dari daerah lainnya. Berdasarkan pengalaman sebelum rumah sakit ini juga akan menerima rujukan pasien dari PNG yang masuk melalui swaka.
“Adapun alasan di bentuknya program pembangunan rumah sakit tipe B,karena bila dilihat dari letak geografis kita berada diposisi paling ujung timur perbatasan,”jelasnya. Dengan demikian sangat riskan terhadap penyakit-penyakit yang membutuhkan penanganan serius dengan peralatan yang memadai pula. Kalau hanya menghadapi kasus-kasus penyakit yang tergolong infeksi maka tidak menjadi masalah sebab bisa menjadi lansung di tangani dirumah sakit Merauke. Namun bila penyakit yang sudah tergolong penyakit berat yakni jantung, pecah pembuluh darah dan juga stroke maka sudah merupakan penyakit yang sangat rawan.
Jadi dalm waktu-waktu tertentu harus segera ditangani padahal diketahui bersama rumah sakit yang saat ini beroperasi , dalam banyak hal tidak memiliki kemampuan untuk penanganan penyakit tersebut. Akhirnya ditempuhl angkah adalah dengan memberikan rujukan bagi pasien untuk melanjutkan pengobatan di rumah sakit yang lebih canggih lagi dalam hal penanganan, dokter ahli dan peralatan yang dinilai lebih canggih. Dengan memberikan rujukan bagi pasien dengan penyakit seperti jantung dan stroke diakui tidak efektif mengingat jarak antara Merauke dan rumah sakit seperti di Makasar atau Jakarta membutuhkan waktu kurang lebih 7-8 jam.
“Dengan kondisi waktu yang cukup lama bisa membuat pasien dengan penyakit seperti itu memasuki kodisi invalid sehingga dengan pertimbangan itulah maka sepantasanya kita berfikir untuk membangun satu rumah sakit yang berada di ujung timur ini,”jelasnya. Dengan begitu bisa mengkover semua kasus penyakit baik berat maupun ringan. Selain itu juga dapat dikatakan selama ini system rujukan berjenjang belum optimal karena sebagai rumah sakit kabupaten harus memperoleh rujukan ke Jayapura.
Bila di kaji lebih jauh lagi, rumah sakit di Merauke kelayakan ataupun fasilitasnya beda-tipis dengan rumah sakit di Jayapura. Sehingga pasien lebih sering merujuk ke rumah sakit yang berada di luar Papua.
(Nur/sumber: arafuranews)