Rupiah Diduga sedang Dimainkan Spekulan
Jakarta: Nilai tukar rupiah tembus Rp12.000 per dolar Amerika Serikat (AS) di kurs pasar spot tengah hari, Kamis (28/11). Sedangkan di Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (JISDOR) Bank Indonesia dicatat Rp11.930 per dolar AS. Alih-alih ada persoalan, nilai tukar tersebut diduga hasil permainan spekulan.
Analisis tersebut disampaikan Kepala Ekonom Bank Danamon Anton H Gunawan ketika bicara dalam The 4th KEB-Hana Seminar: World and Indonesian Economic Outlook 2014 di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Kamis (28/11).
"Ini kelihatannya lebih kepada sentimen dari beberapa trader yang mencoba melihat pada chart. Chart-nya ini kelihatannya titik krusial untuk bisa tembus (ke level psikologis) Rp12.000 dan beberapa spekulator main di sana. Sebenarnya fundamentalnya bisa di bawah Rp11.000 sedikit kok," jelas Anton.
Level psikologis yang dimaksud adalah ketika rupiah tembus Rp11.800 per dolar AS setelah sepekan terus ditahan bank sentral di bawah itu. Anton menyebut, meski permintaan dolar tidak tinggi, harga yang diminta terus naik.
Dari faktor eksternal, Anton menjelaskan, memang ada kekhawatiran mengenai pengurangan quantitative easing (QE) oleh Federal Reserve AS. Namun, tidak ada gejolak arus modal keluar yang berarti di pasar saham maupun pasar obligasi negara.
Di dalam negeri pun sebenarnya tidak ada masalah. Diakui Anton, pasar sempat khawatir melihat data utang swasta jatuh tempo di kuartal keempat tahun ini besarnya mencapai US$21 miliar.
Ini bisa menjadi tekanan di pasar valuta asing. Namun, data BI sebetulnya memperlihatkan sekitar setengah dari utang luar negeri itu merupakan utang anak usaha di Indonesia pada induk usahanya di luar. Dengan demikian, utang itu bisa di-refinance atau di-roll over. Debitur yang lainnya sudah membayar utang jatuh tempo tersebut dan yang tersisa juga sudah memegang valas. Artinya, permintaan valas di dalam negeri harusnya sudah tidak bergejolak.
"Utang luar negeri juga harusnya tidak menjadi masalah karena data BI sampai November utang yang masuk itu sudah lebih besar dari yang jatuh tempo, yaitu US$24 miliar. Harusnya tidak perlu ada krkhawatiran dari sisi pembayaran utang yang harusnya juga tecermin jangan susah di pasar untuk cari dolar," cetus Anton.
Anton meminta BI lebih aktif memberikan data-data yang menenangkan pasar sambil terus melakukan operasi moneter terhadap nilai tukar rupiah. Hal tersebut penting ketimbang membiarkan pasar dengan sentimen yang penuh kekhawatiran.
Jika tidak ada tambahan sentimen negatif, Anton memprediksikan seharusnya nilai tukar rupiah berbalik menguat ke arah batas bawah Rp11.000 per dolar AS. Anton menyebut level rupiah yang dirasa cukup nyaman untuk ekspor dan impor ialah Rp11.500 per dolar AS meski secara resmi Bank Danamon masih menyampaikan proyeksi rupiah akhir tahun Rp11.100 per dolar AS.
Tahun depan, Anton memproyeksikan nilai tukar diperdagangkan dengan posisi kita lebih kuat. Pasalnya, Anton yakin defisit transaksi berjalan akan membaik. Bila proyeksi tahun ini besar defisit transaksi berjalan bisa 3,5% dari PDB, tahun depan kemungkinan akan berada di level 2,8% dari PDB. Pertimbangan perbaikan defisit transaksi berjalan ialah pertumbuhan ekonomi yang melambat. Proyeksi Bank Danamon pertumbuhan PDB hanya akan 5,9% dibandingkan PDB akhir 2013.
Juga, Anton melihat bank sentral masih akan terus memperketat kebijakan moneter sampai dengan defisit transaksi berjalan masuk rentang 0,25-2,5% dari PDB. "Kemungkinan BI rate akan naik lagi di kuartal pertama tahun depan hingga 8%, level yang sama dengan periode sebelum likuiditas valas negara maju membanjiri dunia.
Karena pertimbangan tersebut, Anton memproyeksikan nilai tukar rupiah pada level Rp10.858 per dolar AS.
Sumber : http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/11/28/2/197695/Rupiah-Diduga-sedang-Dimainkan-Spekulan