Taman Nasional Wasur Merauke Bentuk Posko Pemantau Pemadam Kebakaran
Merauke, InfoPublik – Menyikapi kebakaran lahan maupun hutan saat ini yang menimbulkan dampak yang sangat besar bagi kesehatan dan penerbangan, Taman Nasional Wasur (TNW) Merauke membentuk Posko Pemantau Pemadam kebakaran. Posko ini sendiri berada di Kantor Balai TNI Merauke.
Kepala Balai Taman Nasional Merauke Ir. Anggodo, MM, ditemui Media Center Senin (26/10) mengungkapkan, dengan lahan TNW yang cukup luas tidak mungkin bisa dipantau secara manual sehingga dibentuk posko untuik memantau kebakaran yang terjadi di dalam areal TNW Merauke tersebut.
‘’Di sini kita ada posko untuk penanganan kebakaran. Jadi ada teman di sini melihat hotspot lewat rekaman satelit dimana ada kebakaran kemudian menginformasikan kepada teman-teman seksi wilayah adanya titik-titik api tersebut kemudian dicocokan dengan yang ada di lapangan untuk dilakukan pemadaman. Kami intruksikan Polisi kehutanan dan polisi reaksi cepat untuk prioritas pemadaman setiap ada kebakaran yang ada di dalam Taman Nasional Wasur,’’ katanya.
Anggodo menjelaskan, Taman Nasional Wasur memiliki luas 43.000 hektar persegi yang dibelah jalan nasional sepanjang 105 km. Anggodo menjelaskan, penyebab kebakaran di dalam TNW Merauke tersebut lebih karena musim panas atau musim kemarau yang panjang. Dimana sekitar 7 bulan terakhir tidak terjadi hujan membuat semak dan daun kayu yang jatuh sangat sering yang memicu terjadinya kebakaran. ‘’Sepercik api misalnya dari puntung rokok saja bisa memicu kebakaran,’’ katanya.
Selain itu, jelas Anggodo, dalam TNW Merauke tersebut ada kebiasaan masyarakat melakukan pembakaran yang merupakan kearifan lokal. Karena dari pembakaran yang dilakukan itu, maka akan tumbuh rumput tunas baru yang menjadi pakan atau makanan untuk satwa yang ada di dalam Taman Nasional Wasur.
‘’Jadi ada kebiasaan masyarakat yang tinggal di Taman Nasional Wasur melakukan pembakaran yang merupakan kearifan lokal. Namun pembakaran yang dilakukan secara terkendali,’’ terangnya.
Selain kebiasaan pembakaran itu, menurut Anggodo, tidak menutup kemungkinan adanya kesegajaan masyarakat yang melewati jalan Trans Nasional seperti membuang puntung rokok saat melintas di trans jalan tersebut yang memicu kebakaran. Apalagi, angin di Merauke di musim panas sekarang ini sangat kencang sehingga bunga api yang diterbangkan oleh angin tersebut memicu kebakaran di tempat lainnya
Anggodo menjelaskan, kayu yang tumbuh di TNW Merauke didominasi oleh kayu bus, kayu minyak kayu putih dna kayu akasia. Kayu tersebut rata-rata tahan terhadap api. ‘’Biasanya api berhenti dibagian tengah pohon dan tidak menghaguskan seluruh pohon,’’ terangnya.
Dikatakan yang banyak dijaga pihaknya di musim kemarau sata ini sarana prasarana yang ada di dalam TNW terutama dengan pemukiman masyarakat. Karena di dalam kawasan TNW tersebut, beberapa perkampungan masyarakat yang memang sudah ada sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai Taman Nasional.
Sebenarnya, kata Anggodo , setiap tahunnya dalam kawasan tersebut ada yang terbakar. Namun tahun ini, titik-titik terbakarnya lebih banyak akibat musim panas yang sangat panjang.
‘’Kami belum bisa menentukan berapa luasan yang terbakar. Karena yang terbakar adalah semak belukar. Tapi menurut pakar, justru kawasan yang berawa-rawa seperti yang ada di dalam TNW ini harus terbakar untuk peremajaan pakan habitat yang ada di dalam TNW. Tapi itu pendapat ahli. Jika kami ketahui ada kebakaran yang terjadi, kami akan padamkan cepat agar tidak meluas,’’ terangnya.
Hanya saja diakui Anggodo, kesulitan yang sering dialami pihaknya dalam melakukan pemadaman karena tidak ada ketersediana air dan hanya menggunakan alat manual dengan kapasitas air yang sangat terbatas. (02/mcmerauke/Kus)
0 komentar
belum ada komentar