Berpuasa dan Pertobatan Harus Diwujudnyatakan Dalam Hidup
(SM),
Paskah merupakan peristiwa sejarah iman umat kristiani lewat persiapan pertobatan. Bukan sekedar turut ramai atau berpesta tetapi masing-masin umat ktristiani mengakui kebaikan Tuhan dalam penebusa-Nya di Kayu Salib, dan mengakui dosa serta merubah perbuatan hidup yang lebih baik, demikian disampaikan Uskup Angung Merauke, Mgr. Nicholaus Adi Seputra, MSC.
“Yang paling penting adalah melalui pertobatan. Sebelumnya, ada masa puasa, di semua agama itu sama. Harus ada ukurannya, misalkan dalam bulan atau hari, rata-rata 5 kali marah maka selama puasa dan setelah puasa jadi mengurangi jumlah marah dari angka tersebut,” ucap Uskup Agung Nicholaus, Senin, (21/3/2016).
Berpuasa adalah sebuah pengendalian diri untuk lebih vokus pada kebaikan. Hilangkan sikap malas-malasan, tidur-tiduran, banyak-banyak makan, menjauhkan diri dari pikiran kotor, tidak menuruti hawa nafsu naluri badani. Melepaskan pemikiran yang tidak baik kepada sesama, tidak merokok atau mabuk dan berhenti berbuat jahat lainnya.
“Selain itu yang terpenting juga adalah berpuasa tidak makan daging. Jadi uang yang seharusnya untuk beli daging, itu yang harus diberikan kepada orang yang membutuhkan pertolongan atau berbagi,” ujarnya menambahkan.
Umat diajak bersyukur karena diberikan waktu oleh TYME untuk berpuasa dan berpantang. Ada pengakuan dosa melalui sakramen pertobatan. Kesempatan ini harus dipergunakan dengan baik dan dihayati manfaatnya, bukan asal-asalan tetapi melakukannya. Karena Allah menghendaki umatnya bertobat, hidup dalam kebenaran untuk mendapatkan kebahagiaan kekal di surga.(Get)