Kejar Ketertinggalan Pendidikan, Jangan Belajar di Ruangan Saja!
Presiden Joko Widodo mengakui metode pendidikan di Indonesia sudah terlalu lama monoton dan terjebak pada rutinitas. Kalau tidak dirombak atau diubah secara total, menurutnya akan membutuhkan waktu 128 tahun untuk bisa menyamai negara-negara maju saat ini sebagaimana ditulis oleh seorang profesor dari Harvard.
“Itu pun di Jakarta,” kata Presiden menanggapi ungkapan seorang peserta dari Ruang Guru, yang hadir dalam acara Peringatan Hari Sumpah Pemuda, di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (28/10/2017) pagi.
Problem besar kita, menurut Presiden, adalah geografi kita yang berpulau-pulau, 17.000 Pulau. Presiden mengemukakan, tidak mudah menjangkau dari pusat ke daerah, terutama yang berkaitan dengan pendidikan. Oleh karena itu, Presiden sependapat, bahwa salah satu hal yang paling cepat sebetulnya yang dipakai adalah memperbaiki aplikasi, dengan aplikasi sistem.
“Saya kira perubahan akan nampak kalau kita berani menggunakan aplikasi-aplikasi sistem yang memang memudahkan anak-anak untuk belajar, dan saya paling senang kalau anak-anak kita ini tidak belajar di ruangan saja,” tutur Presiden.
Presiden memberi contoh, misalkan anak-anak SD (Sekolah Dasar) kenapa tidak dibawa ke kantor bank biar mengerti mengenai sistem keuangan, kenapa tidak diajak ke misalnya pabrik garmen untuk melihat sebetulnya yang namanya pabrik itu apa. Bisa saja diajak ke museum untuk mengenalkan sejarah secara riil, mengenalkan artefak-artefak lama yang konkret.
“Kita sudah terlalu lama selalu belajar di ruangan. Kalau saya senangnya ya 60:40, 40 di ruangan, 60 nya di luar ruangan,” ujar Kepala Negara seraya menambahkan, anak-anak harus dihadapkan pada problem-problem, dihadapkan pada tantangan-tantangan, dihadapkan pada masalah masalah.
“Jangan hanya rutinitas seperti yang telah kita kerjakan bertahun-tahun. Kalau kita berani berubah seperti itu, tantangan-tantangan ini akan secara cepat bisa kita hadapi,” ucap Presiden.
Menurut Presiden, anak harus langsung dihadapkan pada tantangan, dihadapkan pada masalah, dihadapkan pada problem-problem yang riil, yang ada sesuai dengan level masing-masing. SD dengan SMP yang berbeda dong, SMP dengan SMA yang berbeda, SMA dengan Universitas juga berbeda-beda.
“Saya kira kalau ini bisa kita kerjakan, apalagi dengan aplikasi sistem yang bisa menjangkau sampai daerah-daerah terpencil, sampai pulau-pulau terluar kita, itu akan lebih cepat perubahan itu,” kata Presiden meyakini seraya menyampaikan terima kasih atas masukannya dari Ruang Guru.
Presiden berjanji nantinya akan mengundang Belva, pemberi usul ke Istana, dan mempertemukan dengan Menteri Pendidikan, agar ide-ide perubahan, ide-ide mengubah sesuatu yang sudah lama, monoton, dan rutinitas itu langsung bisa segera dibantu, diubah.
Selain bermain bulutangkis, berdialog dengan para peserta, dan meninjau stand-stand, dalam acara yang berlangsung meriah itu Presiden Jokowi juga menyempatkan diri membacakan puisi karya Dewi “Dee” Lestari, yang berjudul “Sumpah Abadi”.
Mendampingi Presiden dalam acara ini Menko Polhukam Wiranto, Mensesneg Pratikno, Menpora Imam Nahrawi, Menkominfo Rudiantara, Kepala Bekraf Triawan Munaf, dan Kepala Staf Presiden Teten Masduki.
Sumber : https://www.kominfo.go.id