Bukan Hanya dari Makanan, Kurus dan Gemuk Juga Dipengaruhi dari Genetik
Jakarta - Dua studi baru mengkonfirmasi bahwa badan gemuk atau kurus bukan hanya karena makan, tetapi juga karena faktor genetik. Benarkah?
Peneliti di Inggris telah menemukan alasan tentang orang yang kurus. Orang kurus biasanya tidak peduli dengan makanan, bahkan tidak pernah terobsesi pada makanan lain.
Orang-orang berbadan kurus itu memiliki perubahan genetik yang ternyata dapat menurunkan nafsu makan. Ini juga dapat mengurangi kemungkinan mereka terkena diabetes atau penyakit jantung.
Studi para ilmuwan yang diterbitkan pada hari Kamis di Journal Cell, telah mengambil setengah juta orang berusia 40 - 69 tahun. Peserta memberikan sampel DNA dan catatan medis, serta membantu para peneliti untuk mengikuti informasi mengenai kesehatan mereka lebih dari setahun.
Studi kedua dalam jurnal yang sama juga mengembangkan skor risiko genetik untuk obesitas. Ini dapat membantu memprediksi siapa yang berisiko tinggi untuk obesitas seumur hidup dan siapa yang tidak.
Bersama-sama, penelitian ini mengkonfirmasi kebenaran bahwa peneliti ingin lebih banyak orang mengerti. Ada alasan biologis bahwa ada yang berjuang mati-matian dengan berat badan dan ada juga yang tidak, serta dampak biologisnya sering terlihat karena nafsu makan, bukan metabolisme.
Orang yang berjuang supaya kurus akan merasa lebih lapar dibandingkan dengan orang yang sudah kurus alami.
Studi mutasi tentang nafsu makan ini dipimpin oleh Dr. Sadaf Farooqi, profesor metabolisme dan kedokteran di University of Cambridge dan Nick Wareham, seorang ahli epidemiologi di universitas yang sama.
Dikutip dalam The New York Times (18/04), orang dengan mutasi MC4R, lebih cenderung mengalami obesitas. Para peneliti telah mencatat sebanyak 300 mutasi pada gen ini, dan mereka adalah penyebab paling umum dari obesitas. Lalu ada juga 6 persen anak-anak yang mengalami obesitas parah.
Biasanya, ketika orang makan, gen dihidupkan dan akan mengirim sinyal untuk memberi tahukan bahwa mereka sudah kenyang. Kemudian gen itu akan mati dengan sendirinya. Tetapi beberapa orang menghasilkan mutasi yang langka pada MC4R, yang mencegah gen tersebut bekerja.
Lalu hasilnya adalah tubuh mereka tidak pernah mendapat sinyal bahwa mereka sudah cukup makan. Mereka selalu merasa lapar bahkan sering kelebihan berat badan. Risiko diabetes dan penyakit jantung 50 persen lebih tinggi ini dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki mutasi.
Dalam studi baru, Dr. Farooqi dan rekan-rekannya menemukan bahwa pada beberapa orang kurus, gen MC4R selalu dihidupkan, karena mutasinya berbeda, serta dapat melibatkan jalur metabolisme yang sebelumnya tidak diketahui. Lalu orang-orang kurus ini terus merasa kenyang.
Menurut Cecilia Lindgren, profesor endokrinologi dan metabolisme genomik di University of Oxford menemukan bahwa nafsu makan dan rasa kenyang menentukan siapa yang menambah berat badan berlebih dan siapa yang tidak.
"Kami pikir regulasi kelaparan dan rasa kenyang adalah kuncinya," jelasnya.(lus/lus)
sumber : www.detikhealth.com