Program Pembangunan Rumah Warga di Waninggap Nanggo Jadi Prioritas
Kepala Kampung Waninggap Nanggo, Distrik Semangga, Kabupaten Merauke, Papua Dorotheus Gebze memprioritaskan program pembangunan perumahan penduduk setempat yang umumnya adalah orang asli Papua (OAP).
Menurut Dorotheus, saat ini dia sedang berada di kota untuk menyelesaikan beberapa administrasi, karena Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) dua tahun akan segera dicairkan. “Kalau tak ada halangan mungkin Jumat lusa telah ditransfer ke rekening kampung,” ungkap dia.
Pencairan dana SILPA, tidak dilakukan sekaligus tetapi secara bertahap. Dimana sesuai ketentuan, harus 20 persen terlebih dahulu atau sekitar Rp200 juta.
Lebih lanjut dijelaskan, setelah dicairkan dan digunakan, baru dibuatkan laporan pertanggungjawaban untuk diserahkan secara berjenjang ke distrik hingga Badan Pemerintahan Kampung dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Merauke. “Mekanismenya seperti demikian. Kalau belum ada laporan pertanggungjawaban dibuat, dipastikan pencairan dana tahap berikutnya, tak akan dilakukan,” tegas dia.
Khusus pencairan dana tahap pertama Rp200 juta, menurut Dorotheus, telah ada musyawarah bersama masyarakat di kampung, dan akan dimanfaatkan untuk beberapa kegiatan pembangunan. Salah satunya adalah pembangunan perumahan bagi masyarakat.
“Kenapa setiap tahun saya memprogramkan untuk pembangunan perumahan, karena masih banyak warga belum memiliki rumah. Sehingga harus menumpang tinggal bersama keluarga. Selain itu, kondisi rumah tak layak ditempati lagi,” ungkap dia.
Untuk itulah, dia mengambil langkah untuk memanfaatkan dana desa dengan sebaik mungkin, agar dapat dirasakan masyarakat setempat. Apalagi umumnya adalah orang asli Papua.
Selain perumahan, dana juga akan digunakan untuk pengadaan jaring. "Umumnya mereka tinggal di pinggir pantai dan berprofesi sebagai nelayan. Selama ini ketika turun melaut, hanya menggunakan peralatan seadanya. Sehingga dialokasikan dana secukupnya guna pembelian jaring," ujar Dorotheus.
Ada tiga kelompok di kampung dan sesuai kesepakatan bersama, satu kelompok diberikan jaring lima berukuran besar untuk bisa menjaring ikan kakap. Juga jaring sedang agar menjaring udang.
Masyarakat setempat, kata dia, merespon dengan baik pengadaan jaring maupun pembangunan perumahan. “Saya tidak ambil keputusan sendiri, tetapi melalui musyawarah bersama. Lalu hal-hal yang dimasukkan dalam program kerja, sesuai kebutuhan di kampung,” ungkap dia.
Dia juga mengatakan, ketika dana dicairkan, dibawa pulang ke kampung dan ditunjukkan kepada seluruh masyarakat. Selanjutnya dibagi sesuai pos untuk digunakan. “Apa yang saya lakukan itu dengan tujuan agar masyarakat tidak menaruh curiga kepada saya bersama aparat kampung lain. Lebih baik harus bersikap transparan dalam pemanfaatan dana dimaksud,” katanya.
Ditanya tentang dana desa yang tahun ini senilai Rp2 miliar, Dorotheus mengaku, pihaknya belum bisa memastikan apakah dapat dicairkan atau tidak dalam waktu dekat, lantaran masih memanfaatkan silpa dua tahun sebelumnya.
“Kita lihat saja kalau pekerjaan cepat dan laporan pertanggungjawaban segera dituntaskan, maka dapat diusulkan pencairan dana desa tahun ini. Memang waktunya sedikit mepet, tetapi saya berusaha semaksimal mungkin agar program pekerjaan dijalankan cepat,” katanya.
Sumber : Mc Kab. Merauke