Menkominfo Ingin Internet Kabupaten Secepat Jakarta
Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara berharap di 2019 nanti tak ada lagi kesenjangan broadband antara kabupaten di daerah terpencil dengan pusat kota seperti Jakarta.
Itu sebabnya, ia mendukung upaya Telkomsel dalam mendorong generasi muda Indonesia agar bisa ikut membantu mencarikan solusi untuk pengembangan kota pintar (smart city) dan desa cerdas (smart villages).
Hal ini diakui oleh Chief RA, panggilan akrab sang menteri, sejalan dengan visi misi pemerintah dalam proses melahirkan seribu startup berkualitas yang nantinya di 2020 ditargetkan mencapai valuasi USD 10 miliar.
Apa yang dilakukan Telkomsel melalui program The NextDev 2016 ini -- yang mencari bakat usaha rintisan digital atau startup baru melalui ajang kompetisi -- untuk mencari solusi kota pintar dan desa cerdas, juga sejalan dengan misi Kominfo yang tengah mencari solusi untuk desa broadband.
Menteri pun setuju dengan adanya inisiatif semacam ini. Karena itu artinya, rencana pemerintah melahirkan seribu startup berkualitas di Indonesia mendapat dukungan dari banyak pihak.
"Dari mulai talk, workshop, inkubasi, akselerasi sampai mendapat funding. Semua harus berproses demikian. Tidak apa-apa yang penting ramai dulu. Kominfo juga membuat hal sejenis tapi betul-betul ditujukan untuk aplikasi di desa. Mesti pendekatan ke ekosistem," kata Chief RA.
"Karena pengalaman membuat suatu aplikasi tanpa ekosistem, orang desa nggak tahu menggunakan aplikasi itu untuk apa. Karena itu pendekatannya ke ekosistem, diberi pendampingan memakai aplikasi untuk apa saja."
"Kemudian dari sisi network juga, kalau ada aplikasi tapi tidak ada network itu percuma. Aplikasi apapun di kembangkan, sebanyak apapun, kalau tidak ada network ya percuma, karena itu salah satunya Telkomsel sedang gencar mengaplikasikan 4G LTE.
"Sekarang di Jakarta saja, menurut hasil riset OpenSignal, menikmati rata-rata throughput 7 Mbps, saya cek ponsel saya barusan sekitar 1 Mbps. Tapi saudara kita di Indonesia timur itu baru 300 Kbps."
"Jadi kalau kita pakai segitu, menikmati 25 kali kecepatan di sana. Apalagi kalau kita bicara smart city, adalah bagaimana kita menutup gap antara Jakarta dengan kabupaten-kabupaten di luar sana," papar menteri dalam sambutannya.
Rencananya, lanjut dia, pemerintah bersama dengan operator menargetkan pada 2019, semua ibukota kabupaten dan kotamadya sudah punya akses broadband.
Diakui Rudiantara, ada daerah yang tidak visible secara keuangan. Namun biar bagaimanapun, daerah tertinggal itu tetap bagian dari Indonesia yang harus ikut dibantu pertumbuhannya.
"Contohnya Natuna, siapa mau bangun di sana? Tapi kita harus bangun, apalagi dari sisi kondisi geopolitis laut China selatan sedang jadi isu rebutan antara dua negara. Betapa strategisnya kalau kita bangun di sana. Apalagi di Papua," ujarnya memaparkan.
Hal itu pula yang mendorong pemerintah agar cepat menuntaskan pembangunan broadband melalui proyek Palapa Ring.
"Sekarang barat dan tengah kontrak sudah ditandatangan, tapi pemerintah tak menunjuk vendor. Caranya kominfo menunjuk investor, nanti mereka yang mengurus siapa vendornya.
"Kita coba dari sisi governance lebih bagus menunjuk investor, setelah selesai nanti mereka diberi izin mengoperasikan 15 tahun dan diberi jaminan pembayaran oleh Menteri Keuangan.
"Timur masih tender karena diulang. Harapannya September bisa tandatangan, hingga akhir tahun ini semua sudah investasi. Kuartal pertama 2017 sudah financial closing untuk Indonesia Timur.
"Target tetap 1 Januari 2019 semua ibukota kabupaten dan kotamadya sudah terhubung broadband," demikian papar menteri Rudiantara.
Tahun ini program pencarian startup yang dilaksanakan Telkomsel, kembali fokus pada pengembangan Smart City, namun dengan ruang lingkup yang lebih luas, yaitu pengembangan aplikasi untuk daerah pedesaan.
"Menurut kami, masalah perkotaan memiliki keterkaitan yang erat dengan masalah pedesaan. Karena itu, konsep Smart City sebaiknya juga mampu mengakomodir masalah pedesaan untuk menciptakan dampak yang lebih holistik bagi masyarakat," ujar Direktur Utama Telkomsel, Ririek Adriansyah.
Persyaratan untuk bisa mengikuti kompetisi ini adalah tim, atau individu WNI berusia 18-30 tahun. Kompetisi ini akan menyasar 20 kota di Indonesia, mulai dari Aceh sampai Ambon.
Dari sekian banyak aplikasi, 20 tim akan dipilih sebagai finalis yang akan memperoleh pelatihan dan pendampingan secara intensif, mulai dari pengembangan soft skills, teknik melakukan coding, marketing skill hingga keahlian berkomunikasi.
The Next Dev tahun pertama yang diadakan pada 2015, telah menjaring sekitar 500 ide cikal bakal startup lokal. Dari situ, diseleksi 20 tim yang idenya paling sesuai dengan visi Smart City Indonesia. Tiga pemenang dalam The Next Dev tahun lalu, adalah aplikasi Gandeng Tangan, Rumah Sinau, dan Jejakku.
Sumber : http://inet.detik.com/read/2016/05/09/182820/3206283/328/menkominfo-ingin-internet-kabupaten-secepat-jakarta