
Adat Istiadat Harus Mendapat Perhatian Serius.
Masyarakat Malind merupakan kelompok utama yang mendapat perhatian secara khusus baik di bidang kebudayaan maupun di bidang pariwisata. Secara substansial kebudayaan merupakan masalah pokok yang perlu di jawab lebih awal, dengan menjawab lebih awal cara identifikasi obyek-obyek wisata berupa fosil maupun yang mengandung nilai sejarah atau artefak. Karena kebudayaan merupakan dasar untuk melihat kembali masa lalu, tetapi bukan berarti kita harus kembali ke jaman batu tua melainkan merenstruksi kehidupan yang telah rapuh oleh arus globalisasi yang menggilasnya.
Hal tersebut dikatakan, Isaias Ndiken,S.Sn selaku pembawa materi tentang Pelestarian cagar Budaya,di Gedung Nok En Sai,Jumat (29/6). Lebih lanjut dijelaskan bahwa Masyarakat Malind memiliki adat luhur yang diwariskan kepada setiap marga oleh para leluhurnya, namun adat ini sudah hampir punah sebagian maupun seluruhnya. Padahal kalu mau dilihat adat berhubungan langsung dengan tanah, manusia , tumbuh - tumbuhan, hewan, lingkungan alam, batas - batas wilayah dan perkampungan. Ditambah juga bahwa adat merupakan pilar utama dan sebagai pintu gerbang masuknya pembangunan yang di berdayakan demi tercapainya tujuan bersama pembangunan yang dimulai dari kampung ke kota (Gerbangku).
Selanjutnya bimbingan moralitas kesukubangsaan Malind Anim sudah lama dibiarkan, sehingga untuk mengangkat iman amatlah sulit dan diharapkan kepada tokoh agama sebagai mitra pemerintah bersama - bersama membina umat untuk menjadi masyarakat yang mandiri. Kebudayaan (culture) berasal dari dua kata yaitu budi dan daya, artinya akal/ pikiran dan tenaga yang dapat diperoleh melalui proses belajar untuk menuju perubahan nilai budaya yang menimbulkan pertentangan yang sudah berlalu melalui perkawinan campur.
Setelah lahirnya nilai budaya baru maka proses tersebut menghanyutkan suku bangsa Malind anim, baik itu struktur sosial, kepemimpinan tradisional tidak lagi mengenal kepala suku tetapi yang dikenal adalah kunam atau mitawal serta pembantunya. Mereka bisa dianggap sebagai perpanjangan tangan dari Dinas Pariwisata. Banyak kesenian tradisional Malind seperti Nggatsi yang digelar secara kolektif dan dipentaskan pada waktu - waktu tertentu.