Mama - Mama Papua Di Merauke Berjualan Lumut Rawa
Sejumlah mama-mama Papua di Merauke mencoba mengais rejeki dengan menjual lumut rawa, yaitu sejenis pakan ikan atau untuk umpan memancing ikan. Mereka melakukan pencarian lumut tersebut sampai SP 9 sehingga pendapatan mereka bervariasi tergantung rejeki. Berjualan lumut rawa. Itulah yang dilakukan sejumlah mama-mama Papua di Merauke untuk bisa mendapatkan uang. Meski hanya lumut, namun dengan ketekunan dan kesabaran membuat dapur bisa tetap berasap. Mama-mama Papua, yakni Hilaria Wambeno dan Anggela Kaimu, ketika dijumpai belum lama ini, sedang duduk di atas bangku papan panjang di sudut pertigaan Jalan Cikombong, Kelurahan Kelapa Lima-Merauke sambil kedua bola matanya memperhatikan setiap masyarakat yang melewati jalan itu. Di depannya, sebuah meja papan darurat yang diatasnya terdapat sejumlah jeringen plastik yang tinggal setengahnya, karena bagian atas dari jeringen itu telah dipotong, berjejer tersusun rapi. Ya, di dalam jeringen itu ternyata terisi penuh dengan lumut rawa yang sedang dijual. “Ada yang halus dan ada yang kasar. Tapi harganya sama semua. Rp10.000 per tempat,” kata Hilaria Wambeno kepada media ini yang mengira akan membeli lumut yang sedang dipajang di atas meja itu. Siang itu, hanya Hilaria dan Angela yang berjualan. Sedangkan lainnya masih berada di rumahnya berlindung karena hujan. ”Mama-mama yang berjualan di sini setiap hari lebih dari 10 orang. Kebetulan tadi hujan, jadi mereka masih berada di rumah, belum datang ke sini,” kata Mama Angelima Kaimu. Menurut Hilaria, tiap hari dirinya bersama dengan ibu-ibu lainnya berjualan lumut rawa di tempat tersebut mulai pagi sampai siang hari sekitar pukul 14.00 WIT. Setelah itu, pergi mencari lumut lagi untuk dijual keesokan harinya. Namun untuk mendapatkan lumut rawa itu ternyata tidak gampang. Karena harus mencari cukup jauh sampai ke SP 5, 6, bahkan ke SP 9 Tanah Miring. Karena di Merauke sendiri tidak bisa lagi mendapatkan lumut rawa seiring dengan kondisi semua kolam maupun rawa yang telah mengering. ‘’Ya kita sistem carter mobil dari sini. Kalau kita lebih dari 7 orang biasa kita bayar Rp25.000 per orang. Tapi kalau dibawa jumlah itu berarti kita bayar sekitar Rp30.000 per orang,’’ katanya. Ditanya penghasilan yang diperoleh dari menjual lumut itu, Hilaria mengaku tidak tentu dan bervariasi antara Rp100.000-Rp200.000. Tapi kadang sama sekali tidak ada karena pembeli tidak ada. ‘’Ya tergantung dari rejeki saja. Kadang sama sekali tidak ada,’’ jelasnya. Namun begitu, lanjutnya, hari yang ramai pembeli adalah mulai Jumat, Sabtu dan Minggu. “Mereka pakai untuk mancing ikan. Tapi ada juga untuk kasih makan ikan peliharaannya,” jelasnya. Dikatakan, hasil yang diperoleh dari menjual lumut tersebut selain untuk membeli beras untuk keluarga di rumah, keperluan lainnya dalam rumah maupun untuk biaya jajan anak sekolah.