Perilaku Remaja Memprihatinkan Karena Otak Tak Tumbuh Seimbang
Dalam beberapa tahun terakhir, perilaku remaja Indonesia makin memprihatinkan dengan makin maraknya penyalaggunaan narkoba dan seks pranikah. Banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya pertumbuhan saraf otak yang tidak seimbang. Ketua Umum Indonesia Neuroscience Society, Prof Dr Suhartono Taat Putra mengatakan bahwa perilaku menyimpang pada remaja erat kaitannya dengan pertumbuhan otak.
Ilmu pengetahuan dan teknologi terlalu diagungkan, sementara aspek humaniora atau kemanusiaannya banyak terlupakan. "Remaja cenderung diarahkan pada rasa ingin tahu, tetapi kurang diberi pendampingan tentang mana yang baik dan yang buruk," kata Prof Taat disela-sela seminar 'Peran Neurosains Dalam Mengembangkan Generasi Muda Berkarakter' di Menara Peninsula, Senin (24/10/2011).
Akibatnya seperti dilaporkan dalam sambutan Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu Sedyaningsih yang dibacakan Sekretaris Jenderal Kemenkes dr Ratna Rusita MPHM, penyalahgunaan narkoba meningkat dari 2,21 persen atau 4,02 juta orang pada 2010 menjadi 2,8 persen atau sekitar 5 juta pada 2011. Pasien RS Ketergantungan Obat naik 6 kali lipat dalam 5 tahun terakhir, sebagian besar berusia 15-25 tahun.
Data yang diambil dari laporan Kementerian Kesehatan pada Juni 2011 itu juga mengungkap, jumlah pengidap HIV/AIDS telah mencapai 26.483 kasus. Memang tidak semuanya terkait penyalahgunaan narkoba, namun diyakini sebagian besar penyebabnya masih didominasi oleh penggunaan jarum suntik secara bergantian dan seks bebas. Sementara berdasarkan laporan Komisi Perlindungan Anak tahun 2008, sebanyak 25 persen remaja atau sekitar 7 juta remaja sudah pernah melakukan seks pranikah.
Angka ini terkait data Kemenkes, bahwa kasus aborsi akibat kehamilan tidak direncanakan saat ini berkisar di angka 2,3 juta dan sedikitnya 15-20 persen di antaranya dilakukan oleh remaja. "Kita tidak bisa hanya mengandalkan rasio. Agar seimbang, perkembangan emosional juga perlu diperhatikan di sekolah," tambah Prof Taat. Sementara itu ketua Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi), Prof Dr Moh Hasan Machmoed, SpS(K), MS mengatakan perilaku remaja memang erat kaitannya dengan sistem limbik.
Sistem ini merupakan sistem paling penting di otak, yang menentukan kemampuan kognitif serta kecerdasan emosional. "Sejak dalam kandungan harus dipersiapkan, lewat nutrisi salah satunya. Titik kritis pertumbuhan sistem limbik dimulai sejak otak mulai dibentuk, yakni ketika masih berupa embrio di dalam kandungan," kata Prof Hasan.
(sumber: detik.com)